Pertunjukan ke-150 Teater Koma dengan lakon Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat digelar di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, 10 – 19 November 2017. Ini merupakan sekuel dari serial Sie Jin Kwie. Yang pertama Sie Jin Kwie (2010), kedua Sie Jin Kwie Kena Fitnah (2011), ketiga Sie Jin Kwie Di Negeri Sihir (2012).
Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat ini merupakan pertunjukan yang menjadi tontonan dalam waktu cukup lama berselang dari seri sebelumnya, mencapai waktu 5 tahun. Selama jeda 5 tahun tersebut, Teater Koma malah mempersembahkan tontonan dengan lakon yang lain, bahkan ulangan.
Berbeda dengan pertunjukan dengan lakon lainnya, sekuel Sie Jin Kwie ini sepertinya termasuk dalam mega projek Teater Koma. Totalitas keseluruhan produksinya tidak main-main, serba mega. Kalau dalam film sepertinya ini adalah film kolosal.
Meskipun banyak tokoh dengan nama asing yang tentunya sulit dihafalkan penonton, juga banyak perang (ada 22 perang) di pertunjukan ini, namun tidak terasa membosankan. Kisah panjang ini dikemas dalam durasi 4 jam pertunjukan (lakon lain dalam serial ini ada yang durasi pertunjukannya 7 jam!).
Tokoh Sie Jin Kwie bahkan tidak ada sama sekali di lakon Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat ini. Pimpinan Teater Koma, N. Riantiarno dalam buku acara menyebutkan, “Lima tahun berlalu bagi saya rasanya Sie Jin Kwie belum selesai, karena musuh besarnya Souw Po Tong belum juga mati. Memang Sie Jin Kwie sudah wafat, namun bagaimanapun serial ini harus diseselaikan,” tulis pria yang biasa dipanggil Nano.
Kisah yang panjang menjadi kemasan padat durasi 4 jam ini bisa jadi karena Nano sebagai sutradara, kali ini menggunakan sistem dalang yang menarik. Panggung diisi dengan panggung kedua yaitu milik sang dalang, lengkap dengan layar, wayang-wayang dan tata cahaya dari belakang, mirip wayang kulit tradisional. Bedanya kali ini ditambah efek visual yang masa kini. Penonton pun terhibur oleh tokoh dalang yang lucu yang diperankan oleh Budi Ros.
Bedanya lagi dengan pertunjukan Teater Koma lainnya adalah, lakon-lakon dalam sekuel Sie Jin Kwie ini hampir tanpa sindiran-sindiran terhadap pemerintah atau tentang korupsi, atau situasi politik Indonesia. Murni merupakan teater yang diadaptasi dari karya sastra.
“Pada pementasan ini, kami tidak mengkritik pemerintah, biarpun korupsi tetap dilakukan dan tetap ada kebrutalan politik. Kami berusaha agar lakon ini dilakukan dengan bagus, menarik dan bermakna. Apakah tanpa mentertawakan kritik itu, kita sebagai orang teater tidak mampu berbuat apa-apa?” tulis Nano di buku acara.